TANJUNG REDEB – Adanya suspect penyakit Difteri di Kabupaten Berau sejak 2022 lalu yangmengakibatkan kematian, menjadi perhatian khusus. Pasalnya, hingga pasien Difteri meninggal dunia pada Desember 2023 lalu, Dinas Kesehatan Berau belum menunjukkan adanya langkah pencegahan untuk penyakit ini.
“Tidak ada yang ditutupi dari masyarakat. Dinkes Berau tidak bisa memberikan keterangan positif Difteri atau tidaknya, sebelum adanya kepastian hasil laboratorium yang dilakukan di Provinsi Kaltim. Tidak mungkin kami menyebut itu Difteri kalau hasilnya saja belum ada,” tegas Kadinkes Berau, Lamlay Sarie saat dikonfirmasi KATA Times terkait hal ini.
Adanya penolakan dari pihak keluarga si penderita Difteri, menjadi pertimbangan Dinkes Berau untuk tidak langsung mengungkap hal ini ke publik.
Selain itu, juga untuk menghindari gesekan di masyarakat, bahkan bisa menyebabkan kepanikan, seperti saat ditemukan kasus positif COVID-19 lalu.
“Pihak keluarga tidak menerima jika anaknya disebut meninggal akibat Difteri, tapi karena hal lain. Kita tidak mungkin juga menyebutnya terang-terangan. Berkaca pada kasus pertama pandemi COVID-19 lalu, masyarakat langsung heboh,” tambah Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Berau, Garna Sudarsono.(lya/jun)