Terus Berkontribusi bagi PAD Berau

Penulis:

Share

TANJUNG REDEB – PT Hutan Sanggam Labanan Lestari (HSLL), atau kini telah berganti nama menjadi PT Hutan Sanggam Berau (HSB) selalu berusaha untuk berkontribusi bagi pendapatan asli Daerah (PAD) Berau.

Direktur Utama (Dirut) Hutan Sanggam Roby Maula melalui Manajer Humas Pamhut Hutan Sanggam, Anwar Kalfangare mengatakan hampir setiap tahun pihaknya selalu memberi kontribusi bagi PAD Kabupaten Berau. Kecuali pada tahun 2020, di mana perusahaan mengalami kerugian akibat  dari dampak pendemi Covid-19.

“Namun, syukurlah pada tahun 2022 perusahaan berhasil mengalami surplus Rp 2.457.476.790, sehingga kontribusinya lebih baik lagi bagi daerah,” terangnya.

Pada akhir tahun 2021 lalu saat pergantian jajaran Direksi, lanjutnya, perusahaan memang sempat berada dalam kondisi turun (down). Hal itu diperparah dengan kerugian yang dialami perusahaan akibat pandemi Covid-19.

Tak hanya itu, belakangan ini, dampak perang Rusia-Ukraina dan krisis global turut berpengaruh pada target pendapatan perusahaan. Apalagi negara-negara tujuan ekspor olahan kayu bulat seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika turut terkena dampak perang tersebut, tidak terlepas dari krisis. Akibatnya, sektor manufaktur turut terpukul, karena pasar global kembali berpusat pada sektor energi seperti listrik dan batu bara.

Berhadapan dengan tantangan-tantangan itu, Hutan Sanggam berniat untuk kembali eksis dan tidak ingin lagi mengalami kerugian, khususnya pasca pandemi. Karena pada tahun 2021 mulai dibuatlah efisiensi dan efektivitas perusahaan demi melangkah ke tahun selanjutnya. Salah satunya kebijakan biaya-biaya pengelolaan mulai ditekan. Langkah-langkah yang sudah dan akan ditempuh perusahaan pun mulai diperiodisasi dengan baik. Adapun periodisasi itu berupa jangka pendek, menengah, dan panjang.

“Untuk jangka pendek, kami mengembalikan performa dulu, agar Hutan Sanggam dapat memberi kontribusi pada daerah. Tentu melalui perbaikan pengelolaan kayu bulat yang selama ini sudah berjalan, agar dapat dimaksimalkan,” jelasnya.

Kemudian untuk jangka menengahnya, pihaknya akan memperoleh hasil di luar pendapatan kayu bulat melalui upaya optimalisasi untuk melakukan diversifikasi usaha.

“Sehingga pada tahun 2022 ketika masuk dalam jangka menengah ini, kami mulai melakukan pembenahan,” tegasnya.

Pembenahan itu mulai dari pembenahan SDM, invetarisasi dan langkah optimalisasi aset. Sedangkan dalam jangka panjang perusahaan akan berjuang agar tidak sepenuhnya lagi bergantung pada kayu bulat.

Pilihan untuk tidak bergantung pada kayu bulat, dijelaskannya dipengaruhi oleh alasan bahwa sampai saat ini, krisis global turut berpengaruh terhadap pengelolaan hasil kayu.

Selain itu, sesuai ketentuan aturan yang berlaku, perusahaan tidak lagi megekspor kayu bulat melainkan dalam bentuk turunan atau barang setengah jadi seperti veener dan turunan lainnya.

Sebagai pilihan alternatif, perusahaan akan berusaha memaksimalkan pendapatan melalui optimalisasi aset untuk menyokong diversifikasi usaha Hutan Sanggam, walaupun ada potensi lain yang bisa juga dikelola berupa perhutani sosial, kemitraan kehutanan, multi usaha kehutanan seperti agrowisata dan sebagainya.

“Optimalisasi aset ini dapat menjadi pengoptimalan diversifikasi usaha yang nanti dalam jangka panjang menjadi fokus bisnis perusahaan,” ungkapnya.

“Tapi akan lebih luar biasa kalau harga kayu cukup bagus, kayu bulat menjadi penopang dan optimalisasi aset serta diversifikasi usaha dapat berjalan beriringan,” sambung Anwar.

Dengan melakukan optimalisasi aset dan diversifikasi usaha, perusahaan mempunyai target pada tahun ini, minimal dapat menyamai surplus pada 2022 dan bahkan berjuang memecahkan rekor pendapatan terbesar di Hutan Sanggam, khususnya pada tahun 2013 lalu yaitu Rp 3.230.243.702.

“Tetapi karena krisis global dan dampak semakin kecil potensi pengelolaan kehutanan, hal itu butuh pengelolaan yang baik. Sebab, potensi hutan pun sudah tergerus dengan adanya perkebunan, pertambangan, dan sebagainya,” paparnya.

Dari luas areal yang dikelola oleh Hutan Sanggam lebih kurang 78.000 Hektare, sudah terjadi juga penyusutan-penyusutan karena ada pengajuan-pengajuan APL seperti APL Jalan, APL Kampung dan sebagainya. Tak hanya itu, penyusutan areal juga terjadi karena pengajuan APL jalan yang dibangun dari pinjam pakai kawasan.

“Kendati areal perusahaan Hutan Sanggam sudah berkurang, hal itu tidak mengurangi kontribusi Hutan Sanggam bagi daerah. Sebab ada nilai-nilai lain yang bisa dioptimalkan. Nah, itu tadi langkah fokus sistem kami kemarin hingga surplus karena optimalisasi aset,” jelasnya.

Hutan Sanggam ingin agar ke depan perusahaan tidak hanya mengelola blok Labanan. Tetapi juga hutan-hutan lain dengan pengelolaan yang baik dan lestari.

“Target produksi dan target pendapatan selalu kami sampaikan kepada pemegang saham. Target produksi kayu bulat tahun ini 25.000 kubik. Bila target itu tercapai maka kami sudah bisa melampaui pendapatan Hutan Sanggam selama ini,” tuturnya.

Untuk diketahui PT HLL yang telah berganti nama menjadi PT HSB atau disebut Hutan Sanggam sejak 29 Juni 2022 ini bukan merupakan perusda, bukan pula BUMD, melainkan Perseroan Terbatas (PT). Selain itu, PT ini memiliki tiga pemegang saham yakni Pemkab Berau dengan saham terbesar. Berikutnya lagi PT Inhutani I dan Perusda Sylva Kaltim Sejahtera.(jun/tam)

TAG:

Share

TRENDING

Berita Populer

Berita Lainnya

PT. Media Kaltimtara Times. Media siber yang berbasis di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kekinian, informatif, dan inspiratif.

Copyright © 2024. Kata Times